Halaman

Selasa, 16 Juni 2009

PII Intra


Realitas kehidupan yang sedang berjalan diatas bumi Indonesia, adalah sebuah realitas yang mungkin dapat membuat seseorang tertawa karena mencemoh atau menangis karena haru. Realitas hidup yang tidak simetris, penuh dengan kesenjangan-kesenjangan kehidupan.
Kita masih ingat beberapa tahun yang belum jauh, beberapa tragedy menyayat dunia pendidikan kita. Di jatinegoro bandung, wahyu hidayat seorang praja STPDN salah satu perguruan tinggi kedinasan yang bergengsi di Negara ini. Menghembuskan nafasnya yang terakhir akibat disiksa oleh seniornya. Lalu digarut,

haryanto seorang murid di SD muara sanding VI menggantung dirinya karena putus asa tidak mampu membayar uang pembayarannya sebanyak 2500 rupiah. Subhanallah! Lalu di gowa sul-sel juga di tahun yang belu lama, seorang murid disalahsatu SMA Negeri, harus berhenti sekolah selamanya karena meninggal dunia akibat kesalahan guru olah raganya. Dan untuk tawuran sesama pelajar, seks bebas disekolah, atau korupsi kepala sekolah, dan berita guru-guru yang mangkir dari tugasnya, seakan sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja ditelinga kita hari ini.
Pertanda apa ini? Sulit menerkanya secara pasti. Tetapi jika kita ingin menggampangkan konklusi, kita dapatmengatakan bahwa Haryanto, Wahyu hidayat, fonumena guru tadi, atau tingkah gelap pelajar kita, adalah gambaran kecil bahwa memang ada "sesuatu" yang terjadi di dalam dunia pendidikan kita.Tetapi sesuatu apa itu? Belum lagi jika dikaitkan dengan kisah tragis seorang mahasiswa yang mati ditangan temannya sendiri sesama mahasiswa, dalam adegan tawuran yang fantastic di kota ini. Uh, dan yang hebat. Seorang rector terpilih disebuah perguruantinggi swasta yang juga di kota ini, harus pulang dengan muka lebam akibat digilir tinju oleh mahasiswanya dari lantai dua kampusnya. Luar biasa.
Dengan semua di atas, mungkin kita merasa teriris, namun yah, itulah potret hidup pendidikan kita saat ini, dan sekali lagi. Memang ada "sesuatu" yag terjadi. Namun "sesuatu" apa itu? Untuk ini masing-masing kita dapat menganalisa dan mengambil kesimpulan sendiri-sendiri.

Pelajar Islam dan kepeloporan
Kalau ahmad dahlan kita kenal sebagai pelopor berdirinya muhammadiyah, hasyim azhari pelopor berdirinya NU, Abdullah said untuk Hidayatullah dan tak ketinggalan Kairil anwar di dunia sastra sebagai pelopor angkatan 45, dan spesial, Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, sang mercusuar Wahdah Islamiyah, menjadi pelopor di banyak hal. Maka tiga pemuda tangguh yaitu anton timur jaya Muhammad zarkasih diawal-awal tahun kemerdekaan dulu, dengan cita-cita yang mulia telah menjadi pelopor berdirinya gerakan pembangunan pelajar bermartabat yaitu Pelajar Islam Indonesia.

Peran Pelajar Islam Indonesia
Pelajar Islam Indonesia(PII), sebagai organisasi pelajar, tentunya merasa prihatin dengan kondisi dunia pendidikan kita ini. Apalagi secara serius PII selalu mengamati dan terus berazzam untuk memberikan andil terbaiknya disini. Namun disini muncul satu pertanyaan. Peran apakah gerangan yang telah nyata diberikan? Jawabannya, banyak! namun tidak secara kolektif, dan juga tidak banyak yang menyadarinya(berdasarkan pengamatan penulis di makassar).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk teman-teman yang telah sudi mengunjungi blog kami, kami ucapkan terima kasih. Kami berterima kasih juga atas komentar antum-antum. Dan selanjutnya kami berharap semua koment dan sapaan antum, bernilai positif.