Halaman

Rabu, 06 Mei 2009

“Pilih”


Hidup adalah pilihan, begitu bunyi sebuah kata hikmah. Pilihan yang entah mau atau tidak tetap ia terpilih. Sebab pilihan untuk tidak memilih juga adalah pilihan. Maka selama nafas masih berhembus, jantung masih berdetak, maka selama itu pula kita akan terus memilih, ya.. memilih. Dengan pilihan yang beragam tentunya, tegantung jenis dan masalahnya.
Dalam memilih manusia dipengaruhi oleh setidaknya dua hal. Satu yang datang dari dalam dirinya sendiri(min nafsihi) dan yang satu dari luar dirinya(min gairi nafsihi). Dari luar dirinya adalah teman, keluarga, atau lingkungan masyarakat. Dan dari dalam diri sendiri, adalah akal(al-aqlu), perasaan(ads-souk), pengetahuan(al-‘ilmu).


Dalam tataran masyarakat Indonesia yang termasuk tertinggal dalam ekonomi, pendidikan dan technologi, maka pengaruh yang lebih mendominasi dalam pengambilan keputusannya adalah pengaruh yang datang dari luar dirinya. Seperti teman, keluarga, atau lingkungan masyarakat tempat ia berdomisili.
Indicator untuk itu adalah seperti yang kita saksikan dalam culture masyarakat Indonesia yang berdomisili di kota ataupun yang berdomisili di desa. di desa, contohnya: seperti ketika mereka hendak menikahkan anaknya baik dalam hal ini melamar ataupun menerima lamaran, maka merupakan tradisi, mengumpulkan keluarga untuk mengambil keputusan tentang hal itu. Ini hanyalah contoh. Dan realitas empiriclah yang mencontohkan kita tentang hal itu. Setidaknya begitulah dalam cultur masyarakat bugis Makassar serta mandar disulawesi selatan.
Tidak hanya itu, dalam memilih pemimpin, baik dalam tingkat Rt, Rw, Camat, bupati, Walikota hingga yang tertinggi yaitu presiden. Masyarakat kita juga sangat dipengaruhi oleh factor dari luar ini.
Bila diamati secara seksama maka jelas bahwa mengambil keputusan tentang sebuah pilihan dari dasar pengaruh factor ini, maka akan menimbukan ketimpangan dan stagnanisasi kwalitas dan bahkan lebih parah mungkin ia akan menghasilkan kemunduran kwalitas.
Pengaruh dari dalam diri (min nafsi)
Sedangkan yang tersisa dari sekian banyak orang yang memilih berdasarkan factor dari luar tadi, maka mereka itulah yang memilih berdasarkan dari dalam dirinya. Dan itu berputar antara akal, perasaan, dan pengetahuan(al-ilmu). Dan inilah yang saya ingin bicarakan.
Akal (al-aqlu)
Akal bukan otak.
Nantikan kelanjutannya..!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk teman-teman yang telah sudi mengunjungi blog kami, kami ucapkan terima kasih. Kami berterima kasih juga atas komentar antum-antum. Dan selanjutnya kami berharap semua koment dan sapaan antum, bernilai positif.